Bentuklahan, Macam-macam Bentuklahan Asal Proses, dan Penentuan Bentuklahan - Guntara.com

Saturday 24 November 2012

Bentuklahan, Macam-macam Bentuklahan Asal Proses, dan Penentuan Bentuklahan


Bentuklahan atau landform adalah permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang tertentu, masing-masing bentuk lahan berbeda dalam struktur, proses geomorfologi, relief/topografi dan materi penyusunnya.. Studi tentang bentuklahan ini disebut geomorfologi. Bentuklahan yang terjadi ini merupakan akibat dari proses geomorfologi tersebut. Bentuklahan dapat terjadi karena asal proses vulkanis, asal proses struktural, asal proses marin, asal proses angin, asal proses denudasional, asal proses fluvial, asal proses solusional, dan asal proses organik [Rika Harini, 2005].
http://imagizer.imageshack.us/a/img69/9527/article21741151412b0480.jpg
sumber gambar: kaskus.co.id
Menurut Verstappen (1883) [dalam Bambang Utoyo, 2007], bentuklahan adalah kenampakan tertentu di setiap muka bumi yang terjadi akibat hasil pengerjaan dan proses utama pada lapisan utama kerak bumi. Kedua proses ini adalah proses endogen (berasal dari dalam) dan proses eksogen (berasal dari luar). Perbedaan intensitas, kecepatan jenis, dan lamanya salah satu atau kedua proses tersebut yang bekerja pada suatu daerah menyebabkan kenampakan bentuk lahan di suatu daerah dengan daerah lain umumnya berbeda.
Dilihat dari genesisnya (kontrol utama pembentuknya), bentuklahan dapat dibedakan menjadi 10 macam bentuklahan asal proses:
  1. Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera.
  2. Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
  3. Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
  4. Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
  5. Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
  6. Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
  7. Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari.
  8. Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine.
  9. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
  10. Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik.
Penentuan bentuklahan dapat diketahui dengan aspek-aspek geomorfologi sebagai berikut [Muh. Aris Marfa’i, 2003] :
  1. Morfologi, yang meliputi aspek :
a.       Morfometri : yaitu aspek-aspek kuantitatif dari suatu daerah, seperti : kemiringan lereng, ketinggian, beda tinggi, kekerasan medan, bentuk lembah, tingkat pengikisan, dan pola aliran.
b.      Morfografi : yaitu aspek-aspek yang bersifat pemerian suatu daerah antara lain ; teras sungai, beting pantai, kipas aluvial, dan plato.
  1. Morfogenesa, yang meliputi aspek :
a.       Morfo-struktur aktif : merupakan proses dinamik endogen atau tektonikisme, lipatan dan patahan (sesar).
b.      Morfo-struktur pasif : merupakan litologi, baik tipe dan struktur batuan dalam kaitannya dengan pelapukan dan erosi.
c.       Morfo dinamik : merupakan proses dinamik eksogen dalam kaitannya dengan aktivitas angin, air dan es, gerak masa batuan dan vulkanisme.
  1. Morfokronologi : yaitu umur relatif (umur kira-kira yang merupakan hasil interpretasi di lapangan) dan umur absolut (umur pasti yang berdasarkan waktu geologi) dari berbagai bentuk lahan yang ada.
  2. Morfoarrangement : yaitu susunan keruangan dan hubungan antar berbagai macam bentuk lahan dan proses yang berkaitan.

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar terbaik atau pertanyaan untuk artikel di atas dan tetap setia mengunjungi "Guntara.com" dengan alamat www.guntara.com terimakasih!