Sejarah Suram Hari Valentine Berkedok Hari Kasih Sayang - Guntara.com

Monday 13 February 2017

Sejarah Suram Hari Valentine Berkedok Hari Kasih Sayang

Arus globalisasi telah membawa pertukaran budaya secara global di seluruh dunia. Budaya yang dianggap populer langsung menyerbak ke seluruh dunia menjangkiti masyarakat luas tanpa diketahui dengan jelas asal-usul budaya tersebut. Salah satunya adalah hari Valentine yang berkedok hari kasih sayang, yang telah menjangkiti masyarakat dunia, khususnya kaum muda, khususnya remaja muslim di Indonesia.
Sejarah Suram Hari Valentine Berkedok Hari Kasih Sayang www.guntara.com
Sejarah Suram Hari Valentine (gambar: alsiraat.co.uk)
Ketidaktahuan remaja muslim tentang sejarah hari Valentine membuat mereka asal mengikuti tren yang berlaku saja. Demi menjaga gengsi agar tetap dikatakan gaul, mengagung-agungkan hari Valentine sebagai hari kasih sayang lalu mereka pun ikut merayakannya. Ada yang sekadar mengucapkan selamat maupun ada yang memberi hadiah bagi orang-orang terkasih, khususnya berupa cokelat dan bunga.

Sejarah hari Valentine mempunyai berbagai versi. Versi paling populer tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. (www.remajaislam.com).

Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan objek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. (www.remajaislam.com).

Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998). (www.remajaislam.com).

Muhammad Abduh Tuasikal dalam artikelnya yang ditulis pada 25 Rabi’ul Awwal 1434 H, menyimpulkan bahwa ada empat poin suram yang dapat diambil dari sejarah hari Valentine. Poin-poin tersebut yaitu:
  1. Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
  2. Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
  3. Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
  4. Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sejarah hari Valentine begitu suram seperti yang dijelaskan di atas. Kondisi remaja saat ini sangat ironis. Banyak dari mereka yang tahu sejarah tersebut tapi banyak pula yang sengaja menutup mata dan memperbolehkan perayaan hari Valentine. Remaja muslim harus berpikir cerdas tentang budaya ini yang bisa mengguncang kadar keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Apalagi ini ritual nonmuslim bahkan bermula dari ritual paganisme. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Daud). Dalil tersebut sudah cukup sebagai alasan bahwa perayaan Valentine itu haram dan terlarang, apapun bentuk kegiatannya.

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar terbaik atau pertanyaan untuk artikel di atas dan tetap setia mengunjungi "Guntara.com" dengan alamat www.guntara.com terimakasih!