Deskripsi tentang Kelas Kesesuaian Lahan - Guntara.com

Thursday 10 July 2014

Deskripsi tentang Kelas Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Kesesuaian lahan ditunjukkan oleh kelas dan subkelas yang diperoleh dari hasil proses perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan atau drainase yang sesuai untuk usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif. Kesesuaian lahan merupakan kesesuaian dari suatu bidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditas spesifik, misalnya padi, jagung, ketela, dan lain-lain.
Lahan Pertanian (solopos.com)
Menurut kerangka klasifikasi yang digunakan oleh FAO (1976), ada tiga katagori tingkatan kesesuaian lahan, yaitu :
  1. Order : keadaan kecocokan secara global
  2. Kelas : keadaan derajat kesesuaian lahan dalam order
  3. Subkelas : keadaan tingkat dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus diberikan.
Kesesuaian lahan dibedakan atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumberdaya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yangberhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan aktual disebut juga kesesuaian lahan alami, pada kondisi saat dlakukan evaluasi lahan tanpa ada perbaikan yang berarti dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas yang ada dalam suatu lahan.

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapau apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan, jenis usaha perbaikan karakteristik kualitas lahan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tingkat pengeloalaan yang akan diterapkan. Kesesuaian lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan dicapau, setelah diadakan usaha-usaha perbaikan tertentu yang diperlukan terhadap faktor pembatasnya.

Faktor-faktor pembatas dalam evaluasi lahan dibedakan atas faktor pembatas yang bersifat permanen dan non-permanen (dapat diperbaiki). Faktor pembatas yang bersifat permanen merupakan pembatas yang memungkinkan untuk diperbaiki dan kalaupun tidak diperbaiki, secara ekonomis sangat tidak menguntungkan. Faktor pembatas yang mudah diperbaiki merupakan pembatas yang mudah diperbaiki dan secara ekonomis masih dapat memberikan keuntungan dengan masukan teknologi yang tepat. (Dewi, 2014).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu ordo, kelas, sub kelas dan unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum atau global. Ordo dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kelas adalah tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2) dan Sesuai Marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong Tidak Sesuai (N) dibedakan menjadi Tidak Sesuai untuk Saat Ini (N1) dan Tidak Sesuai Selamanya (N2). Satuan unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
  1. Kelas S1: Sangat Sesuai. Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau terhadap produktivitas lahan secara nyata
  2. Kelas S2: Cukup Sesuai. Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
  3. Kelas S3: Sesuai Marginal. Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhada produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan datau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
  4. Kelas N1: lahan tidak sesuai saat ini (currently not suitable) untuk pertumbuhan tanaman dijumpai faktor penghambat berat, dan diperlukan beaya dan tingkat teknologi yang tinggi untuk dapat memperbaikinya, dan secara teknis perlu bimbingan intensif dari pihak luar agar produksi tanaman dapat meningkat mencapai optimal.
  5. Kelas N2: lahan mempunyai faktor pembatas sangat berat (continuous not suitable) untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk memperbaiki lahan dengan kelas ini diperlukan biaya dan tingkat teknologi yang besar yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh petani.
Dari tingkatan Orde di atas kemudian disesuaikan dengan sifat dan karakter tanah sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman yaitu sebagai berikut :
  1. Kondisi perakaran (r): yang dipengaruhi oleh pengatusan (drainage), tekstur, dan jeluk (effective depth)
  2. Ketersediaan Hara (f) dan retensi hara (n): Merupakan kombinasi atau tunggal dari ketersediaan hara makro (N, P, dan K)
  3. Kegaraman (c): berasumsi bahwa untuk tanaman tebu tidak tanah pada kondisi kegaraman yang tinggi, hal ini dicerminkan dengan nilai DHL
  4. Keracunan (x): terutama oleh pirit, dapat tercermin pada kombinasi dari H dan Al tertukarkan
  5. Kelerengan (s): kelerengan dicerminkan pada pasisi kemiringan lahan dan kemudahan dalam pengolahan dan bahaya erosi
  6. Bahaya banjir (b): menyangkut data tinggi genangan dan lama genangan

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar terbaik atau pertanyaan untuk artikel di atas dan tetap setia mengunjungi "Guntara.com" dengan alamat www.guntara.com terimakasih!