Poligon Thiessen dan Isohyets dalam Menganalisis Data Curah Hujan - Guntara.com

Sunday 25 January 2015

Poligon Thiessen dan Isohyets dalam Menganalisis Data Curah Hujan

Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah : 1) cara rerata arithmatic; 2) cara poligon thiessen; 3) cara garis isohyet (Tjahyo, 2012). Cara yang biasanya dipakai adalah Poligon Thiessen dan Isohyets.
Poligon Thiessen www.guntara.com
Poligon Thiessen (sumber gambar: http://daad.wb.tu-harburg.de/)
Poligon Thiessen digunakan apabila dalam suatu wilayah stasiun pengamatan curah hujannya tidak tersebar merata. Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Meskipun belum dapat memberikan bobot yang tepat sebagai sumbangan satu stasiun hujan untuk hujan daerah, metode ini telah memberikan bobot tertentu kepada masing-masing stasiun sebagai fungsi jarak stasiun hujan. Curah hujan rata-rata dihitung dengan mempertimbangkan pengaruh tiap-tiap stasiun pengamatan, yaitu dengan cara menggambar garis tegak lurus dan membagi dua sama panjang garis penghubung dari dua stasiun pengamatancurah hujan di dalam dan sekitar wilayah yang bersangkutan. Metode poligon Thiessen ini akan memberikan hasil yang lebih teliti daripada cara aritmatik, akan tetapi penentuan stasiun pengamatan dan pemilihan ketingggian akan mempengaruhi ketelitian hasil. Metode ini termasuk memadai untuk menentukan curah hujan suatu wilayah, tetapi hasil yang baik akan ditentukan oleh sejauh mana penempatan stasiun pengamatan hujan mampu mewakili daerah pengamatan. Metode ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 – 5000 km2.

Isohyets memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Metode ini cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih dari 5000 km2. Hujan rerata daerah dihitung dengan persamaan berikut (Suripin, 2003:30).
Peta Isohyet www.guntara.com
Peta Isohyet (sumber gambar: http://einfopedia.com/)
Peta isohyet digambarkan pada peta topografi berdasarkan data curah hujan (interval 10-20 mm) pada titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah yang dimaksud. Metode ini dipandang lebih baik tetapi bersifat subyektif dan tergantung pada keahlian, pengalaman dan pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan di wilayah setempat. Perhitungan dilakukan dengan menghitung luas wilayah yang dibatasi garis isohyet dengan planimeter. Curah hujan wilayah dihitung berdasarkan jumlah perkalian antara luas masing-masing bagian isohyet (Ai) dengan curah hujan dari setiap wilayah yang bersangkutan (Ri) kemudian dibagi luas total daerah tangkapan air (A). 

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar terbaik atau pertanyaan untuk artikel di atas dan tetap setia mengunjungi "Guntara.com" dengan alamat www.guntara.com terimakasih!