Api yang Tak Akan Padam (ATAP) Bagian 1 [Cerpen Nyata] - Guntara.com

Thursday 13 March 2014

Api yang Tak Akan Padam (ATAP) Bagian 1 [Cerpen Nyata]

Namaku Dani, nama lengkapku Ahmad Dani Lazuardi. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara laki-laki semua. Ayahku bernama Suratna, berusia 60 tahun, dan beliau adalah pensiunan PNS guru beberapa bulan yang lampau. Ibuku bernama Ratna Fajriyati, berusia 55 tahun, dan beliau adalah ibu rumah tangga yang rajin dan gigih merawat keluarga kami. Sedangkan, kakak pertamaku bernama Ilham Guntara, umurnya masih 26 tahun namun ia sudah menjadi guru tetap TIK di sebuah SMK Internasional di Kota Yogyakarta. Selain menjadi seorang guru, ia juga seorang pebisnis ulung di dunia TI (teknologi informasi) dan ia juga salah satu pengamat TI terkenal di Yogyakarta. Ia selama ini membiayai sekolahku dan kuliah kakak keduaku selain gaji pas-pasan ayahku yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami. Saat ini kakakku Ilham tinggal di Sleman bersama istrinya yang baru saja ia nikahi beberapa bulan yang lampau. Sementara, kakak keduaku bernama Adnan Widyaswara. Ia masih berumur 19 tahun namun ia sudah melahap 5 semester di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Aku sendiri berumur 16 tahun, penghuni kelas XI IPA 4 SMAN Internasional 1 Bantul. Aku bersama kak Adnan, ayah, dan ibu tinggal di Kabupaten Bantul. Aku dulu ketika kelas 1 SD pernah tidak naik kelas dan terpaksa harus dipindahkan dan mengulangnya di SD lain. Namun, aku yang sekarang berbeda dengan aku yang dahulu.
Api yang Tak Akan Padam (ATAP) Bagian 1
Ini adalah tahun keduaku di SMA ini. Sebelumnya aku tak menyangka bisa masuk SMA ini, SMA yang begitu besar dan syarat akan prestasi. Aku berusaha untuk berjuang dan tetap optimis guna menggapai cita-citaku di SMA ini walaupun aku merasa diriku masih kurang daripada teman-teman lain. Pada kelas XI ini, aku berhasil masuk jurusan IPA, ini sesuai keinginanku. “Bila kamu masuk jurusan IPA, kamu akan punya banyak pilihan ke depannya. Aku dulu juga masuk IPA walaupun kemampuan IPA-ku terbilang pas-pasan dan lebih condong hebat ke kemampuan IPS. Namun, aku terus berusaha dan aku bisa!” begitulah ujar kakak pertamaku kepadaku yang selalu terngiang di pikiranku sampai saat ini. Kakak-kakakku dulu juga sekolah di SMA ini, mereka termasuk lulusan terbaik, dan aku berjanji tidak akan memutus rantai kesuksesan ini!

Hari-hari awal kelas XI kulalui dengan penuh kerja keras dan perjuangan. Bagaimana tidak, aku ikut dalam kepanitiaan MOS (masa orientasi siswa) untuk kelas X. Menangani berbagai adik-adik kelas, ada yang masih polos, ada yang amat bandel, dan bermacam-macamlah. Tentunya aku sangat senang ketika pada akhir momen MOS, aku terpilih sebagai kakak panitia terkalem. Sebenarnya aku bisa menyabet sekaligus menjadi kakak panitia terganteng kalau saja aku tidak kalah dengan si Juansyah Herman Jatmiko. Mungkin Juan memang lebih pantas menerimanya daripada aku. Bagiku tidak masalah, aku tetap bersyukur untuk semua karunia ini.

Aku saat ini terdampar di kelas XI IPA 4. Kelas ini terbilang kelas spesial karena berisikan banyak pengurus dan petinggi organisasi-organisasi di SMA ini. Termasuk aku, aku berhasil merangkap menjadi pengurus di 3 organisasi sekaligus di SMA elit ini, yaitu sebagai Sie TI di OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), sebagai Sie TI di ORISLAH (Organisasi Islam Sekolah), dan sebagai Ketua II di BCC (1 Bantul Cyber Community). Ini bukanlah hal yang amat istimewa karena banyak teman-temanku yang merangkap-rangkap dan bahkan ada beberapa siswa yang mampu mengikuti semua organisasi. Beberapa guru senior di SMA ini sering memanggilku dengan nama Ilham junior karena perawakan dan wajahku yang memang amat mirip dengan kakak pertamaku. Ketika aku kecil, aku mengira bahwa semua foto kak Ilham kecil adalah fotoku, dan ternyata itu bukan fotoku melainkan foto kak Ilham yang memang aku mirip dengannya. Mungkin itulah yang membuat beberapa guru senior memanggilku Ilham, masih terngiang memori sosok kak Ilham di benak beliau-beliau.

Bulan sudah beranjak ke Agustus 2010. Hari ini 1 Agustus dan tepat besok 31 Agustus adalah ulang tahunku yang ke-17. Aku bergaul dengan siapa saja di sekolah, aku tidak memilih-milih dan membedakan satu sama lain, namun agaknya aku risih dengan beberapa teman yang berkelakuan kurang baik atau terbilang agak bandel. Beberapa organisasi-organisasi di sekolah sudah melaksanakan regenerasi untuk perekrutan pengurus baru dari kelas X dan purnabakti dari kelas XII. Aku pun terlibat dalam menyeleksi anak-anak baru itu guna mendapatkan bibit pengurus yang berkompeten. Aku kini bersiap menjadi pengurus senior di organisasi-organisasiku, memperjuangkan suksesnya organisasi bersama teman-teman, dan membimbing para pengurus junior.

Hal yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh warga SMAN Internasional 1 Bantul adalah pemilihan umum ketua osis masa bakti 2010/2011. Siapakah yang akan muncul sebagai sosok baru nomor satu di OSIS. Maklumlah, OSIS adalah satu-satunya organisasi resmi di sekolah yang diatur oleh UU Pemerintah. OSIS adalah organisasi tertinggi walaupun sejajar dengan organisasi MPK (Majelis Permusyawarahan Kelas) namun nama dan kinerja OSIS lebih terkemuka. Selayaknya Presiden Indonesia yang sejajar dengan MPR-nya. Organisasi-organisasi lain berada di bawah OSIS sebagai cabang selayaknya departemen atau kementerian dalam kepemerintahan negeri ini. Pantas saja kalau ketua umum OSIS yang baru akan amat ditunggu-tunggu sebagai pihak yang memegang dan bertanggungjawab atas organisasi besar ini dan segala cabang organisasi di bawahnya.

Tak pernah terobsesi di pikiranku untuk menjadi seorang ketua umum OSIS. Walaupun bilamana teman-temanku mempercayaiku dan aku pun sanggup melaksanakannya, aku akan tersedia. Namun ini terlalu berat bagiku, aku lebih memilih untuk tidak, dan aku lebih memilih untuk menjadi pengurus saja. Mungkin untuk menjadi ketua di organisasi lain, aku bersedia, namun belum untuk menjadi seorang ketua umum OSIS. Ketika jam istirahat berlangsung, aku sedang melamun, dan seketika itu salah seorang temanku menghampiriku.

“Dan, kamu kan cukup aktif di berbagai organisasi. Ini aku ada formulir pendaftaran jadi ketua OSIS, kamu mau daftar gak?” Ujar Diah.

Diah Bima Wulandari itulah nama lengkapnya, ia teman sekelasku dan ia adalah pengurus MPK yang sedang mencari bakal calon untuk menjadi pasangan ketua Umum – ketua I OSIS.

“Gak, ah. Aku belum minat untuk itu, masih banyak teman lain yang lebih berkompeten.”  Jawabku.

“Ambil aja, Dan. Daripada si Gunawan besok menang mutlak dan menjadi ketua umum OSIS. Aku gak sudi kalau si Gun jadi ketua umum OSIS. Dia kan anaknya agak berandal, apalagi kita lihat kinerjanya selama ini malas-malasan,” ujar Woro Suprapti, teman akrab Diah.

Gunawan Reza Setiadi begitulah nama lengkapnya. Ia adalah sosok yang garang dan terlihat tegas, kinerjanya terbilang masih malas-malasan selama ini selama menjadi pengurus OSIS. Pasalnya selama ini aku satu organisasi dengannya dan banyak juga teman-teman yang kurang menyukai kemalas-malasannya itu. Namun, di balik itu ia mempunyai dukungan yang sangat kuat, terutama dari teman-teman yang terbilang agak bandel. Mungkin itu yang akan sangat membantunya bila dia mencalonkan nanti. Sementara, aku hanya anak polos biasa, memang aku pun punya banyak dukungan tertuma dari teman-teman yang terbilang sesama polos.

Lalu aku pun menanggapi Woro, “Iya emang sih. Tapi gimana lagi, aku belum siap. Aku pikirkan ini dulu aja. Lagian gak masalah sapa aja pemimpinya asalkan punya anak buah yang berkompeten.”

“Menurut kami, kamu lebih pantas, Dan. Ambil aja dulu formulir ini, terserah kamu mau kembalikan tau gak. Kami lebih mendukungmu,” tegas Diah.

Aku ambil saja formulir itu. Sekedar untuk menyenangkan hati kedua temanku sejenak. Entahlah, aku sekarang jadi bingung. Apa yang akan aku putuskan, cepat-lambat harus kuputuskan. Namun, ini belum cukup kuat untuk memengaruhiku.

Suatu sore ketika aku selesai menghadiri rapat suatu organisasi di sekolah. Aku bertemu dengan ketua umum MPK yang baru di lorong kelas. Namanya Satriyanto, ia kemudian bertanya padaku,”Dengar-dengar kamu mau mencalonkan jadi ketua umum OSIS ya, Dan?”.

“Belum terpikir dalam benakku, Sat. Kalau misalnya memang aku dipercayai, aku mending jadi ketua I OSIS aja, Sat. Insyaallah kalau ketua I OSIS aku bisa siap. Aku akan membantu penuh kinerja dari ketua umum kelak,” sahutku.
Dalam benakku menjadi ketua umum OSIS sangatlah berat, banyak tanggungan, dan risiko. Jika ditanya kesiapan aku lebih condong menjadi ketua I, ketua I memang sama-sama berat, namun sepenuhnya aku akan mebantu ketua umum kelak.

“Aku mendukungmu bila kamu maju, Dan. Kamu lebih layak daripada si Gunawan dan belum ada calon lain yang berkompeten muncul di permukaan. Namun bagaimana dengan nasib BCC, Dan? Kamu kan ketua II BCC dan mas Irfan Handoko Putra (ketua umum BCC 2009/2010) mengajukkan namamu sebagai kadidat tunggal Ketua Umum BCC 2010/2011,” kata Satria.

Dalam organisasi di sekolah ini tidak boleh ada siswa yang menjabat ganda sebagai ketua dari dua atau lebih organisasi. Boleh menjadi pengurus secara ganda namun tidak untuk menjadi ketua ganda dalam organisasi-organisasi.

“Akan segera kuputuskan, Sat. Kalau aku jadi mencalonkan diri untuk ketua I OSIS dan alhamdulillah bisa terpilih maka aku akan menyerahkan jabatan Ketua Umum BCC 2010/2011 kepada si Andik Fandy Irawan. Andik juga berkompeten dalam hal itu,” tegasku.

Aku pun segera meninggalkan sekolah dan beranjak pulang ke rumah. Bersambung....! Menuju bagian 2!

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar terbaik atau pertanyaan untuk artikel di atas dan tetap setia mengunjungi "Guntara.com" dengan alamat www.guntara.com terimakasih!