Fenomena carut-marut pendidikan sudah tidak terbantahkan lagi di tanah air Indonesia. Mulai dari proses, tenaga pengajar, fasilitas dan sarana, hingga sistem pendidikan di Indonesia mempunyai banyak masalah yang belum terselesaikan untuk saat ini. Terutama yang disorot akhir-akhir ini mengenai sistem kurikulum pendidikan di Indonesia.
Era demi era kurikulum di Indonesia selalu disorot. Bahkan kurikulum di Indonesia pun acap kali berganti-ganti seiring berbanding lurus dengan bergantinya pejabat-pejabat di kementerian pendidikan nasional. Entah sudah berapa kali kurikulum di Indonesia ini berganti dari zaman menteri pendidikan pertama era Orde Lama, Ki Hadjar Dewantoro sampai menteri pendidikan era sekarang, Muhammad Nuh.
Ragam sorotan paling tajam mengarah ke kurikulum pendidikan sekolah dasar. Bagaimana tidak, sekolah dasar merupakan pondasi untuk membangun dan menanamkan karakter, ilmu, serta kepribadian luhur bangsa Indonesia kepada anak-anak generasi masa depan bangsa. Bisa kita telaah bahwa masalah-masalah dan kasus-kasus yang terjadi di Indonesia saat ini, misalnya korupsi, penipuan, pencurian, pembunuhan, dan kasus-kasus anarkis lain terjadi karena bentuk demoralisasi dari bangsa ini. Dimana sekolah dasar disini sepatutnya mengajarkan nilai-nilai moral dan kepribadian yang luhur kepada setiap anak-anak Indonesia. Sehingga anak-anak Indonesia akan memiliki nilai moral, karakter, dan kepribadian yang luhur saat mereka besar nanti. Apabila anak-anak Indonesia sudah terbentuk pola semacam itu dari kecil maka kasus-kasus demoralisasi yang terjadi di tanah air Indonesia saat ini bisa diminimalisir bahkan bisa diberantas.
Akhir-akhir ini pun kita sangat diresahkan dengan beredarnya buku-buku LKS untuk SD (sekolah dasar) yang benar-benar menyimpang dari pelajaran. Mulai dari isi cerita buku LKS yang tidak bermoral, latihan pertanyaan-pertanyaan di LKS yang menyimpang, sampai ke jawaban-jawaban di LKS yang tidak ada kaitannya dengan pertanyaan. Buku-buku yang menyimpang tersebut tentunya akan memengaruhi kepribadian dan pikiran anak-anak yang membacanya. Anak-anak seusia SD adalah masa-masa dimana pondasi-pondasi moral, karakter, dan kepribadian diterapkan. Pada anak-anak seusia SD akan sangat mudah menerima sesuatu hal. Apabila sesuatu hal tersebut adalah hal yang buruk maka celakalah generasi masa depan bangsa.
Imbas dari kelalaian tersebut anak-anak SD saat ini sangat berbeda dengan anak-anak SD beberapa tahun yang lalu. Dimana anak-anak SD saat ini sudah berani melakukan tawuran antar SD, anak-anak SD sudah berani membantah kepada orangtua, anak-anak SD sudah pandai berbuat mesum maupun kejahatan, anak-anak SD kurang memiliki sopan santu dan karakter yang baik. Ini merupakan tantangan yang sangat besar bagi pemerintah, orangtua, pemerhati pendidikan, dan seluruh rakyat Indonesia karena ini menyangkut masa depan bangsa Indonesia.
Labirin ragam permasalah kurikulum pendidikan Indonesia akhirnya membuat pemerintah Indonesia di akhir tahun 2012 ini memberikan wacana untuk pergantian dan perombakan sistem kurikulum pendidikan khususnya pada tingkatan sekolah dasar. Pemerintah Indonesia, melalui kementerian pendidikan nasional sudah menggandeng para pakar-pakar jenius ahli pendidikan Indonesia untuk bersama-sama merumuskan kurikulum pendidikan baru yang tentunya efektif dan relevan untuk memajukan Indonesia pada saat ini. Ini merupakan suatu terobosan besar dari pemerintah yang patut kita dukung dan syukuri demi masa depan negeri ini.
Hikmahnya Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud) Suyanto menyampaikan rencananya untuk menyederhanakan jumlah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD). Dari rata-rata SD saat ini yang memiliki 11 mata pelajaran, tahun depan 2013 akan disederhanakan menjadi sekitar tujuh mata pelajaran. Tujuh mata pelajaran teresbut terdiri dari enam mata pelajaran wajib dan satu mata pelajaran terapan. Untuk mata pelajaran wajib yaitu, Agama, PKN (Pendidikan Kewarganegaraan), Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Sedangkan untuk mata pelajaran terapan adalah Ilmu Pengetahuan Umum dimana merupakan peleburan dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Arah dari penyederhanaan mata pelajaran tersebut diharapkan bisa memperdalam muatan dari masing-masing mata pelajaran, khususnya dengan materi yang dapat mengembangkan sikap peserta didik. Hal tersebut berbeda dengan kondisi kurikulum saat ini yang memiliki cakupan terlalu luas, tetapi dengan materi yang tidak dalam. Sehingga siswa kurang bisa mendalami setiap mata pelajaran. Nantinya mata pelajaran tersebut akan lebih ditekankan pada penanaman dan pengembangan nilai-nilai moral, karakter, dan kepribadian luhur bangsa Indonesia. Tentunya diharapkan anak-anak SD tersebut kelak menjadi generasi yang dapat mengubah bangsa dari bangsa yang penuh kasus dan masalah ini menjadi bangsa yang penuh prestasi dan kreasi.
Maksud rencana tersebut patutnya mendapat dukungan penuh dari rakyat Indonesia. Setidaknya pemerintah kita telah berusaha keras untuk kembali membangun kejayaan bangsa ini. Suatu keputusan dari pemerintah bila tidak mendapat dukungan dari rakyat-rakyatnya maka akan sia-sia sehebat dan seluarbiasa apapun keputusan tersebut. Cobalah kita untuk berpikir positif kepada kepemerintahan ini. Kita harus pecaya, kita harus yakin, dan kita harus mendukung pemerintah untuk kemajuan bangsa ini. Jika kita berpikir positif dan yakin maka Tuhan pun tidak segan-segan memberikan hasil yang positif kepada kita. Namun apabila kita selalu berpikir negatif tentang bangsa ini tentang kepemerintahan di negeri ini maka Tuhan pun tidak segan-segan selalu memberikan keterpurukan untuk negeri ini. Apakah kita mau terus-terusan menjadi bangsa yang terbelakang? Marilah kita menjadi generasi pengubah bangsa bukan generasi penerus (kasus-kasus) bangsa!
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar terbaik atau pertanyaan untuk artikel di atas dan tetap setia mengunjungi "Guntara.com" dengan alamat www.guntara.com terimakasih!