Berada di Luar Angkasa Bisa Sangat Mengerikan

Berada di luar angkasa mungkin anggapannya menyenangkan. Seorang yang pergi ke luar angkasa disebut astronot (oleh Amerika Serikat) atau kosmonot (oleh Rusia). Namun menjalani pekerjaan tersebut tergolong mengerikan karena harus menghadapi iklim yang sangat ekstrem di luar angkasa. Bahkan dengan bekal oksigen yang sangat terbatas. Oleh karena itu, para ilmuwan yang dikirim ke luar angkasa menjalani serangkaian tes yang ekstra berat melalui simulasi saat berada di ruang hampa udara.

Berada di Luar Angkasa Bisa Sangat Mengerikan (sumber gambar: wikipedia.org)

Siapa saja yang mengalami perubahan udara, gravitasi, dan kondisi iklim yang ekstrem di angkasa bisa mengalami kelumpuhan otot dan kerapuhan tulang. Misi antariksa mencakup pemimpin rombongan, menerbangkan pesawat, atau menjadi awak pesawat antariksi.

Meski aman selama di luar angkasa, saat kembali ke bumi belum tentu aman. Dahulu astronot atau kosmonot pulang ke bumi dengan menggunakan kapsul. Kapsul jatuh di bumi pada lubang khusus untuk kosmonot Rusia, dan jatuh di laut kemudian dijemput kapal untuk astronot Amerika.

Ketika kapsul menuju bumi terjadi gesekan yang luar biasa dengan atmosfer bumi. Kapsul menjadi sangat panas kemudian jatuh di bumi dengan payung membuka. Tahun 1967 kosmonot Rusia, Vladimir Komarov, tubuhnya terbakar menjadi arang tidak bernyawa saat kapsul Soyus-1 yang ditumpanginya membumi dan payungnya tidak terbuka. Kini sejak Amerika membuat pesawat ulang alik, astronot jadi lebih aman pulang balik dari luar angkasa ke bumi.

Ketika berangkat ke luar angkasa, semua tubuh antariksawan dalam posisi menghadap ke angkasa. Tidak duduk manis seperti naik pesawat. Kalau sudah di antariksa bisa santai. Bahkan bisa bernyanyi dan bermain-main dengan gravitasi nol. (Sumber: "Jeda" dalam SKH "Kedaulatan Rakyat" dengan perubahan)