Pemetaan Rawan Bencana Longsor pada Daerah Aliran Sungai (DAS) - Guntara.com

Sunday, 25 January 2015

Pemetaan Rawan Bencana Longsor pada Daerah Aliran Sungai (DAS)

Longsor lahan terjadi karena pergerakan massa tanah akibat faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas bidang luncur tanah, yang dalam hal ini disebabkan antara lain oleh: (1) Tingkat Kemiringan Lereng, (2) Erosi, (3) Penggunaan Lahan, (4) Prosentase Tutupan Vegetasi dan (5) Tingkat Infiltrasi. Beberapa faktor tersebut mampu mengindikasikan daerah-daerah dengan tingkat kerawanan terhadap bencana longsor karena setiap dari parameter tersebut merepresentasikan kondisi faktual permukaan lahan dengan karakteristik yang signifikan.
Peta Kerawanan Bencana Longsor DAS Serayu Jawa Tengah www.guntara.com
Peta Kerawanan Bencana Longsor DAS Serayu Jawa Tengah
Penyebab longsor dalam artian luas adalah: relief, drainase, batuan induk/batuan dasar, regolit, kegempaan, iklim dan pengaruh manusia (Cooke dan Dornkamp, 1990). Variabel yang digunakan kedua bencana ini relatif hamper sama yaitu: satuan bentuklahan, lereng, tanah, batuan, proses geomorfik, air tanah, tutupan lahan dan curah hujan, sedangkan variabel sosial ekonominya meliputi aspek penduduk (jumlah) dan aspek harta benda (sawah, ladang, kebun, ternak, rumah dan isinya, dalam rupiah).

Analisis longsor secara umum didasarkan pada lima faktor yang menyebabkan terjadinya yaitu : geologi, morfologi, curah hujan, penggunaan lahan, dan intensitas gempa. Berdasarkan faktor - faktor tersebut disusun tingkatan kerawanan bencana alam longsor dengan mengacu kriteria pada Sugalang dan Siagian (1991).

Peta Rawan Longsor dihasilkan dari tumpang-susun antara Peta Geologi, Peta Curah Hujan, Peta Lereng, Peta Penggunaan Lahan, Peta Tanah dan Peta Bentuklahan. Tumpang-susun dilakukan dengan mengalikan skor dari masing-masing peta masukan yang digunakan. Pemetaan daerah rawan bencana longsor ini dilakukan dengan pendekatan morfodinamik.

Informasi yang diperlukan berupa peta kontur, peta geologi, peta landsystem, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta iklim (curah hujan). Dari peta-peta tersebut dilakukan teknik overlay dan skoring dengan bantuan software GIS. Dalam kegiatan ini, dilakukan analisa data berdasarkan data yang tersedia dengan memperhatikan faktor – faktor pemicu terjadinya bencana. 

Model perhitungan dalam estimasi daerah rawan bencana dilakukan dengan menggunakan raster based processing pada software ArcGIS, dengan ekstension 3d Analyst, Spatial Analyst, Grid Analyst. Model estimasi daerah rawan bencana dibangun dengan Model Builder menggunakan metode Arithmatic Overlay Analysis.

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar terbaik atau pertanyaan untuk artikel di atas dan tetap setia mengunjungi "Guntara.com" dengan alamat www.guntara.com terimakasih!